Rabu, 10 Oktober 2012

Organisasi Non Profit


Nama: Mochammad Irfan Saputra
NPM: 14111540
Kelas: 2KA08


Organisasi Non Profit

I.Pendahuluan 

      Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1)

Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).

Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.

Organisasi nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan (aktualisasi filosofi) dari sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan tidak mungkin diantara lembaga yang satu dengan yang lain memiliki filosofi (pandangan hidup) yang berbeda, maka operasionalisasi dari filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang dimiliki organisasi nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu ada.




II.Teori

Ciri - Ciri Organisasi Non Profit

1.Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas  manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2.Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

3.Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.


Perbedaan Organisasi Non Profit Dengan Organisasi Profit

      Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.

Lima Tahap Pertumbuhan Organisasi Non Profit 

     Istilah non profit seringkali diidentikan dengan istilah tidak untung. Begitu pula ketika kata ini dilekatkan dengan kata organisasi, lengkapnya menjadi organisasi non profit, maka secara umum banyak orang berpikiran berarti organisasi ini adalah organisasi yang tidak mencari keuntungan (laba) dari sejumlah aktivitasnya. Padahal dalam kenyataannya, tetap saja semua organisasi membutuhkan dana bagi menjaga eksistensi atau kelangsungan hidupnya. Begitu pula dengan organisasi non profit, tetap saja ia menyisihkan keuntungan (laba) walau sekecil apapun. Umumnya memang organisasi non profit tidak berorientasi sepenuhnya pada keuntungan semata. Aktivitas atau kegiatan yang pada akhirnya ada nilai keuntungannya lebih banyak digunakan organisasi untuk menjaga kelangsungan kehidupan organisasinya.

Keuntungan atau profit dalam kedudukan organisasi non profit bukan prioritas utama. Motif organisasi non profit pada umumnya berbasis motif altruistik, motif moral, dan motif sosial. Filantropi dan kedermawanan pun menjadi prinsip dalam kehidupannya. Dalam implementasinya organisasi non profit juga secara alokasi waktu kegiatan organisasinya lebih banyak dihabiskan dalam kerangka diluar mencari keuntungan. Kegiatan yang ada bukan dipenuhi motif bisnis, namun lebih ke arah sosial.

Apakah lembaga non profit tidak bisa bisnis? Atau tidak ada orang di dalam organisasinya tidak berlatar belakang bisnis?. Ternyata tidak, di dalam organisasi non profit-pun dengan mudah ditemukan orang-orang dengan kapasitas cukup baik di dunia bisnis. Tapi ingat bahwa, mereka (orang-orang yang ada dalam organisasi non profit ini) telah bersepakat bahwa dalam naungan organisasi non profit yang mereka ada di dalamnya, persoalan bisnis tidak menjadi urusan dominan.

Dalam konteks tumbuhnya, ternyata organisasi non profit mengalami  5  tahapan pertumbuhan lembaga :

1. Tahap Pertumbuhan Awal

Organisasi non profit dalam fase pertumbuhan awal kehidupan organisasinya barangkali berawal dari ide atau gagasan satu dua orang saja. Ide atau gagasan itu terus membesar dan jadilah apa yang dinamakan sebuah organissai. Karena niatan dari para pendirinya yang besar, maka yang tadinya hanya terdiri dari beberapa orang ini secara perlahan mencari orang lain untuk bergabung di dalamnya.

2. Tahap Pelembagaan

Setelah tahap awal sukses, dengan ukuran bertambahnya SDM yang ada serta terdapatnya niatan dan tujuan yang sama dari para pendiri organisasi ini, maka tahap keduanya adalah tahap pelembagaan organisasi. Pada tahapan ini, kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan baku mulai dibuat dan diberlakukan pada seluruh SDM yang ada. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, organisasi ini semakin mengarah secara professional. Pimpinan bahkan beberapa staf yang diangkat pada tahap ini pun secara perlahan mendapatkan gaji tetap. Tapi jangan bayangkan gaji tetap itu benar-benar profesional. Bisa saja gaji tetap ini “sekedar ikatan” antara SDM yang ada dengan organisasi.

3. Tahap Desentralisasi

Tahap selanjutnya, setelah organisasi mulai terlembaga secara profesional, maka mulaiilah terjadi pendistribusian tugas, kewenangan serta perluasan struktur dalam kerangka menuju cita-cita organissai profit yang didirikan tersebut. Seiring dengan banyaknya SDM yang juga mulai banyak, aturanpun mulai lebih berkembang dan terbentuk hierarki-hierarki yang ada dalam organisasi sesuai kebutuhan yang juga terus mengembang.

4. Tahap Koordinasi

Dalam tahap selanjutnya, ternyata dengan jumlah SDM yang banyak dan juga jaringan yang semakin meluas, bahkan mitra kerjasama juga tumbuh seiring aktivitas lembaga, maka tahap selanjutnya dibutuhkan apa yang dinamakan Tahap koordinasi. Tahap ini merupakan tahap alamiah pengembangan kebutuhan organisasi dalam menjawab sejumlah tantangan yang muncul dan dihadapi. Implementasi tahapan ini beragam bentuknya, bisa dalam bentuk rapat manajemen rutin, rapat koordinasi, rapat evaluasi serta rapat-rapat kelembagaan lain yang dilakukan sesuai dengan keperluan organisasi.

5. Tahap Pemantapan

Tahap Pemantapan atau tahap terakhir dari oragnissai non profit merupakan tahap puncak dari seluruh rangkaian tahapan organisasi. Dalam tahap ini, terjadi pembakuan aturan dan kebijakan, standarisasi aktivitas, penerapan sistem dan prosedur serta adanya birokrasi lembaga yang tidak bisa dihindari. Dalam tahap ini juga mulai sangat banyak kerjasama-kerjasama dengan pihak lain. Ini tak bisa dihindari, mengingat peran dan kiprah organisasi yang ada terus diketahui oleh semakin banyak orang dan lembaga lainnya.

III.Pembahasan

      Seperti yang disebutkan di atas bahwa organisasi non profit memiliki sumber daya entitas dari orang lain yang ingin menyumbangkan sesuatu secara sukarela untuk organisasi tersebut.
Dalam prakteknya , organisasi non profit sering kali aktif mencari sponsor untuk mendukung kegiatannya.

Selain itu , Organisasi non profit sebagian sengaja mengaburkan misi dan tujuan keberadaannya , karena satu hal yaitu pimpinan enggan turun tahta jabatan. Seperti halnya pada organisasi pemerintahan, pada organisasi non profit bongkar pasang pimpinan tertinggi banyak dilakukan.
Bongkar pasang berdampak pada lahirnya jabang bayi peraturan-peraturan dan kebijakan baru yang secara politis terkadang dipandang lebih bijak untuk tidak mempunyai misi dan tujuan yang jelas.

Mengapa misi dan tujuan pun dikaburkan ? karena tidak jelasnya hubungan antara pengguna dan klien dengan resource contributor. Dalam hal terjadi begitu seringkali perumusan misi kurang berjalan semestinya.
Mereka tidak memiliki waktu yang cukup, konsentrasi tidak terfokus, belum lagi plus kehadiran diantara resource contributor yang kurang memiliki kualifikasi dapat merumuskan misi.

Lantas, dari karena para pengguna atau klien tidak terlalu banyak andil dalam perumusan misi maka perumus misi pun tidak terdesak berusaha memikirkan tujuh keliling berputar-putar tentang misi yang kemudian turun pada tujuan. Akibatnya misi dan tujuan organisasi adalah kabur. Terpikir dan terasakan selain karena yang telah dikemukakan organisasi non profit pun terkadang full terlibat dalam service delivery yang outputnya abstrak serta sukar diukur dimana tidak terlupakan hal itu dapat dilakukan. Kembali yang belum dapat dilakukan adalah mengeneralisasi semua organisasi non profit. Mengapa demikian ? jawabanya , biaya penelitiannya besar.

Kesimpulan
       Dalam berorganisasi kita akan terasa dan terlatih dalam suatu kebersamaan dengan orang lain, baik suka maupun duka. Disuatu organisasi itulah tercampur secara alamiah berbagai perilaku dan sifat masing-masing anggota. Ada yang egois, namun juga ada yang sosial, ada yang pendiam, dan ada juga yang cereweettt. Dan dalam kebersamaan di organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologi. Yakni Manusia yang mampu kapan saat nenempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan pula dia harus mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan kebersamaan pula.



Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar